Dalam
minggu ini sudah 2 kali aku mendengar berita duka. Satu berita duka yang sudah di duga datang dari keluarga dekatku,
yang meninggal karena diabetes yang telah lama dideritanya. Beliau sudah lama
terbaring di RS, dan dokterpun sebenarnya sudah menghakimi waktunya takkan lama
lagi. Walaupun semua orang tetap berusaha, namun Ia tetap pergi juga.
Yang
satunya datang dari teman baikku dan sungguh tak kuduga.
Temanku ini selalu memberitahu
aku segala hal penting dan tak terlalu penting yang dia alami. Mulai dari
kematian dan kehilangan piaraannya, hadiah ultah yang tak terduga, pekerjaan
pertamanya, pengalaman berkencannya, dan tentu saja pertunangan serta
pernikahannya, serta keguguran yang dialaminya.
Dan
siang tadi telponku bordering, nomornya tak kukenali karena hp yang biasa
kugunakan diservis. Ketika kuangkat aku mendengar getaran dalam suaranya. “Ling
besok aku akan ke Makassar dengan pesawat pagi dari Atambua, bersama kakak
iparmu. Aku langsung ke Sorowako dan mungkin tak akan singgah di rumahmu kali
ini. Papaku sudah meninggal” katanya. Aku diam tak bisa berkata apa-apa, hanya
sedikit berbicara dan kami lebih banyak diam.
Setelah
temanku menutup telponnya, aku merenung sesaat dan muncullah pertanyaan yang
harusnya kutanyakan tadi. Aku terlalu kaget untuk bicara, tepatnya otakku jadi
blank seketika. Kemudian aku berpikir ternyata hidup ini tidaklah mudah bagi
kita dan orang lain. Ketika lahir kita membawa beban bagi orang tua kita untuk
membesarkan dan membiayai kita, belum lagi jika kita tumbuh jadi anak bandel
dan suka membantah, selalu bikin onar dll. Jelas akan membuat orang tua sakit
hati, walaupun tentu saja bagi mereka anak adalah sebuah anugrah bagaimanapun
perilaku kita. Kita pun kadang merasa tertekan dengan segala macam pelajaran
dan ceramah yang membosankan.
Ketika
kita bekerja, kita mungkin telah meringankan beban orang tua kita karena kita
tidak lagi dibiayai. Tapi kita membawa kesusahan lain untuk tidak hanya
keluarga, tapi juga lingkungan dan teman kerja kita. Kekhawatiran akan kinerja
pekerjaan kita akan membebani semua orang terkait, juga membebani diri
kita sendiri dengan berbagai macam
pikiran. Ketika kita pulang malam orang tua akan menjadi khawatir kita sakit. Kinerja
kerja kurang membuat atasan marah terus, akibatnya pun bisa berimbas pada teman
kerja lainnya. Imbasnya adalah stress berat.
Pada
saat tiba waktunya untuk kita berkeluarga, kita masih harus menanggung beban
keluarga baru yang baru saja dibentuk itu. Menjadi kepala/ibu rumah tangga,
menjaga anak dan masih harus memperhatikan orang tua kita. Pada saat kita harus
pergi menghadap Tuhan, kita masih harus meninggalkan kepedihan mendalam bagi
orang yang kita tinggalkan.
Oleh
karena itu aku berpikir, walaupun hidup ini singkat kita harus bisa
menikmatinya dan mensyukurinya. Buatlah banyak kenangan indah dan berbuat baiklah pada semua orang. Yakinkan
diri kita untuk menjalani hidup dengan baik, agar tidak menyesal di kemudian
hari dan berusaha hidup berdampingan dengan sesame dengan baik pula. Karena hidup
adalah pemberian indah dari Tuhan untuk kita nikmati. Dengan demikian kita
dapat mencari teman dan bahkan pasangan hidup. Mencari pengalaman dan jati
diri. Berusaha membuat hidup jadi lebih berarti